Siapa
yang tidak kenal dengan Raditya Dika, seorang penulis buku jenaka yang tadinya
hanya seorang penulis aktif blog dengan cerita-cerita lucu dan konyolnya. Karir
dan prestasi yang awalnya dari menulis cerita di blog kemudian tulisan-tulisannya
itu di jadikan buku, bahkan bukunya menjadi best seller dan tidak hanya itu,
dari bukunya itu kemudian di angkat ke layar lebar.
Adalagi,
siapa yang tidak kenal dengan aktris terkenal Syahrini seorang penyanyi
kelahiran 1 Agustus 1980 yang berasal dari daerah Sukabumi. Siapa juga yang
tidak tahu dengan gaya bahasa yang Syahrini ciptakan, baik itu bahasa lisannya yang
terkenal sesuatu, Alhamdulillah yah,
aulala, cetar membahana badai halilintar dan jika berbicara seperti
mendesah.
Ada-ada saja memang
kelaukuan para public figure sekarang ini. Entah mereka mencari ketenaran
dengan caranya seperti itu, atau apalah. Tapi jika dilihat dari sudut pandang
lain, kita tanpa sengaja terkadang mengikuti gaya bahasa syahrini. Akhir-akhir
ini Syahrini menjadi bahan pembicaraan orang banyak, akibat SALAH berbicara di
media. Princess Syahrini SALAH berbicara dalam lafal bahasa inggris dan
menyebut Indonesia masuk Asia Timur. Hal itu langsung saja di-bully ratusan
ribu netizen (pengguna internet).
Belum habis berita
media tentang Vicky mantan kekasih sekaligus mantan tunangan Zaskia Gotik yang
menjadi olok-olok. Kini hal itu menimpa Syahrini di dunia maya terkait video
yang diunggah ke Youtube berjudul “Video Wawancara Sok Intelek Syahrini Terbaru
2013”. Dalam video tersebut Syahrini mengucapkan ‘poloshot’ harusnya ‘follow
shot’ dan ‘confie’ harusnya ‘comfy’ atau yang berarti comfort. Syahrini juga
menyebut Negara mandarin dengan lafal ‘mandern’ , ‘famous’ dengan ‘vimes’ ,
‘speech’ dengan ‘speechman’. Tak habis dari kata-kata itu, Syahrini dengan
nyaman berkata “Ini kan skupnya masih Asia Timur, Japan, Hong Kong, Singapura,
Malaysia, Brunei dan Indonesia.”
Kejadian dan contoh
dari tokoh publik figur di atas bisa kita ambil yang baiknya dan ditinggal yang
buruknya. Memang gaya berbahasa orang berbeda-beda. Tidak ada larang untuk kita
memberikan gaya dalam berbahasa. Namun, jika gaya berbahasa kita tidak kita
imbangi dengan pengetahuan tentang bahasa yang akan kita sampaikan maka SALAH
berbicara bisa terjadi seperti di atas. Maka dari itu, kita harus meningkatkan
kemampuan kita dalam berbahasa baik itu dalam tulisan, tubuh, maupun lisan agar
tercermin jati diri yang baik. Kita harus bisa dan pintar-pintar dalam memilih
serta menempatkan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku, dengan siapa kita
berbicara dan dimana kita berbicara. Sehingga apa yang kita bicarakan dapat
dipahami, dan orang lain juga bisa menilai diri kita dari cara kita berbahasa
bahwa kita ini orang yang berpendidikan, cerdas, santun dan yang baik-baik
lainnya.
referensi :
Komentar
Posting Komentar