BAB IX
ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
ILMU PENGETAHUAN
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Pemikiran tentang teori pengetahuan itu disebut “epistemologi” (epistem = pengetahuan, logos=pembicaraan/ilmu)
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidalah sederhana karena macam-macam pandangan teori, diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi, Menurut Decartes, ilmu pengetahuan merupakan serba budi, oleh Bacon dan David Home diartikan sebagain pengalaman indera dan batin, sedangkan menurut Immanuel Kant, pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman, dan teori Phyroo mengatakan , bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan. Dari berbagai pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber pengetahuan merupakan ide, kenyataan, kegiatan akal budi, pengetahuan, sintesis budi atau meragukan karena tidak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Ilmu pengetahuan sekarang menghadapi kenyataan kemiskinan, yang pada hakekatnya tidak dapat melepaskan diri dari kaitannya dengan ilmu ekonomi karena kemiskinan merupakan persoalan ekonomi yang paling elementer, dimana kekurangan dapat menjurus kepada kematian. Dipihak lain ekonomi sekarang berada pada puncak kegemilangan intelektual, banyak menggunakan penilaian matematis dan usaha pembuatan model matematis yang merupakan usaha yang amat makmur. Dalam hal ini tentu ekonomi perlu manyajikan analisis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dengan bermacam-macam kadar asumsinya, karena apabila bertentangan dengan nilai-nilai atau etika yang hidup dalam masyarakat akan memberi kesan sebagai suatu ilmu yang mengajarkan keserakahan.
Maka sebagaigantinya dapat disodorkan apa yang disebut dengan ekonomika etik (Prof. Dr. Ace Partadiredja, “Ekonomi Etik”, pada pengukuran Guru Besar Fakultas Ekonomi Gajah Mada, Yogya, 1981)
TEKNOLOGI
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai suatu seni yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi, menyangkut bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutamateknologi sosial pembangunan sehingga teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani.” (Eugene Stanly, 1970).
Teknologi telah menjadi kebutuhan dunia
Teknologi merupakan perkembangan suatu media / alat yang dapat digunakan dengan lebih efisien guna memproses serta mengendalikan suatu masalah.
Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.
Ciri – Ciri Fenomena Teknik Pada Masyarakat, yaitu :
© Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
© Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
© Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis.
© Teknik berkembang pada suatu kebudayaan.
© Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
© Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
© Otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu Pengetahuan, yaitu sesuatu yang secara teratur diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif serta memiliki arti atau makna tersendiri bagi penerimanya.
Teknologi, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi.
Nilai, yaitu sesuatu yang memiliki harga, menunjukkan kualitas.
KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal, yaitu :
1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.
2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar.
3. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Dasar ukuran yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri, sebagai berikut :
1. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan.
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar, karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan.
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self employed) berusaha apa saja.
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga) unsur :
a. Kemiskinan yang disebabkanhandicap badaniah ataupun mental seseorang;
b. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam, dan;
c. Kemiskinan buatan (buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan struktural : struktur ekonomi, politik, sosial, maupun kultur).
Sumber :
MKDU ILMU SOSIAL DASAR oleh Harwantiyoko, Neltje F. Katuuk, Jakarta 1997
Komentar
Posting Komentar